Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Way Kanan dalam hal ini yang diwakili oleh Kepala Seksi Penilaian dan Kurikulum Pendidikan Dasar (M. Ferdinansyah) bersama Tim Teknis Kabupaten mengikuti Pelatihan Asesment Nasional Berbasis Komputer yang dilaksanakan oleh Pusat Asesmen dan Pembelajaran Balitbang dan Perbukuan Kemdikbud mulai tangal 5 s.d. 7 April 2021 di Jakarta.
Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar murid. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau (a) perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya kesenjangan antarkelompok sosial ekonomi dalam satuan pendidikan, kesenjangan antara satuan pendidikan negeri dan swasta di suatu wilayah, kesenjangan antardaerah, atau pun kesenjangan antar kelompok berdasarkan atribut tertentu). Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama satuan pendidikan, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah satuan pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong satuan pendidikan dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Asesmen nasional dirancang sebagai pengganti ujian nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Ada 3 bagian dalam asesmen nasional yang diujikan, meliputi:
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yakni mengukur capaian literasi (bahasa) membaca dan numerasi (matematika) sebagai hasil belajar kognitif.
2. Survei Karakter, yaitu mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nlai sebagai hasil belajar non kognitif, seperti iman dan takwa kepada Tuhan, akhlak mulia, kebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif
3. Survei Lingkungan Belajar, adalah mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran.
Asesmen Nasional dilaksanakan menggunakan komputer dan secara daring alias online
Untuk jenjang SD/MI:
- Tes literasi 75 menit dan survey karakter 20 menit (hari pertama)
- Tes numerasi 75 menit dan survey lingkungan belajar 20 menit (hari kedua).
Untuk jenjang SMP/MTs
- Tes literasi 90 menit dan survey karakter 30 menit (hari pertama)
- Tes numerasi 90 menit dan Survei Lingkungan Belajar 30 menit (hari kedua).
Ujian asesmen nasional (AKM, survey karakter, dan survey lingkungan belajar) tidak dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan, SD, SMP, seperti kelas 6 dan 9. Namun dilakukan pada pertengangan jenjang.
Tujuannya ada dua. Pertama, agar bisa memberi waktu bagi sekolah dan guru memperbaiki pembelajaran sebelum siswa lulus. Kedua, menunjukkan bahwa tes ini bukan alat seleksi siswa, sehingga tidak memicu stress buat siswa dan orang tua.
“Ini tes (asesmen nasional) yang harus diambil di tengah jenjang, bukan jadi alat seleksi murid,” tegas H. Teddy Meilwanyah, S.STP.,M.Si melalui Kasi Kurikulum dan Penilaian SD Hendri Wijaya, S.Ag, M.Si.
“Asesmen nasional tidak perlu persiapan-persiapan khusus maupun tambahan yang akan menjadi beban psikologis. Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi asesmen nasional,” ,” tegas H. Teddy Meilwanyah, S.STP.,M.Si. Yang bikin lega lagi, asesmen nasional bukanlah penentu kelulusan. Termasuk mempertimbangkan nilai seluruh matapelajaran dan menjadi indicator keberhasilan belajar siswa.
Asesmen nasional dilakukan sebagai pemetaan dasar dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan murid.“Hasil asesmen nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya,” . Teddy Meilwanyah, S.STP.,M.SI melalui Kasi Kurikulum danPenilaian SD Hendri Wijaya, S.Ag, M.Si